Suatu siang, sepucuk surat mendarat di meja kerjaku. Di era email dan sosial media, surat adalah barang langka. Apalagi surat ini ditulis tangan, ada perangko berstempel. Bukan surat blast promosi, bukan tagihan kartu kredit. Di belakangnya ada sticker hati merah jambu, bertabur gemerlap glitter. Surat cinta!
Nama dan alamatku tertulis besar-besar di sisi kanan amplop. Di pojok kiri bawah, stempel merah bergambar bocah kecil dengan panah cinta dan daun-daun waru mengotaki syair singkat.
Ya Tuhan, aku dapat surat cinta!