Peringatan: Dilarang membaca posting ini apabila Anda
- bukan orang Indonesia,
- alergi kritik,
- tidak bisa membaca.
Ada satu sajak megak Gemi Mohawk yang menampar otak saya hingga merasa perlu memuntahkan uneg-uneg saya —sebelum dihipnotis Uya Kuya— ke dalam blog pribadi ini.
Bahasa Persatuan,
Bahasa Indonesia
“english please!”
Hehehe… Sadar atau tidak, lambat laun bahasa kita dijajah oleh bahasa asing terutama Bahasa Inggris. Kedengarannya memang kontradiktif dengan posting saya yang mengajak untuk serius belajar Bahasa Inggris, sebetulnya tidak. Belajar Bahasa Inggris itu harus.
Menggunakan Bahasa Inggris? Tidak harus. Sejak tahun 1928, jauh sebelum Inggris menjajah Indonesia, kita sudah punya bahasa sendiri yaitu Bahasa Indonesia. Setidaknya sebelum negara ini diselamatkan kertas ajaib Bung Karno yang bertajuk Proklamasi, Indonesia sudah merdeka dalam hal bahasa. Hebatnya, para penggiat Bahasa Indonesia tak pernah lelah menyempurnakan ejaan. Buktinya, dari jaman Salah Asuhan sampai jaman salah pergaulan kita masih menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar menurut Ejaan Yang Disempurnakan. Nobody’s perfect. Tak ada gading yang tak retak. Tak ada manusia yang sempurna, karena manusia bukan sebentuk ejaan Bahasa Indonesia yang sempurna karena selalu disempurnakan.
Milenium tiga, makin tak banyak yang memahami sumpah serapah 1928. Saya salah satunya, sebab jaman sudah berubah. Siti Nurbaya sudah disunting Dewa 19. Sutan Takdir Alisjahbana mengandung umpan jadi Sultan Djorghi. Muhammad Yamin? Ah, itu kan nama jalan protokol di selatan sana yang macet mulu.
Berubahnya jaman nampaknya menggelitik teman-teman saya untuk bergaya go international. Mereka bangga mengundang sesama rakyat merah-putih dengan bahasa sekutu. Sangat banyak selebaran dari yang cuma ditempel di tembok pengangguran sampai yang digantung di pancang tikungan menggunakan Bahasa Inggris dengan Ejaan Yang Dipaksakan. Berikut adalah sekelumit contohnya…
Ejaan Yang Diambigukan

Ejaan Yang Dinikmati Saja


Heh heh heh.. Maap-maap kate nih, tidak ada yang salah dari publikasi dalam Bahasa Inggris, apalagi kalau pesertanya warga asing yang tidak bisa berbahasa Indonesia. Tidak salah juga menerapkan ilmu Bahasa Inggris di atas secarik poster, namanya juga belajar. Orang belajar itu boleh salah, koq. 🙂
Bahasa merah-putih sudah susah disempurnakan, namun tampaknya belum sedap digunakan. Mleset ke present by atau proud to U by, barangkali memang lebih mantap dibandingkan kalimat standar ‘dipersembahkan oleh’.
Sa@4dTuh nUyZsha, Z4adtu bUnKts@, sAd 2 b@h4zZa qEeDt4..
Wah!
setuju sama mbak tikaaa 😀
*lumayan gemes juga sama tulisan2 b.ing yg kdg2 ‘nyeleneh’*
Banyak ditemui dimana2.
Jangan belajar setengah2 😀
Kdg2 buka kamus grammar dulu juga gpp, itung2 belajar buat toefl :d
ah suka deh sama tulisannya 😀
waw, i dont know what what… #enggres
pikiranku sulit mencerna kata ini ti ? “Sungguh sebuah peradaban yang diadabkan”
yoiki arek I*S, serba kemenggres padahal nek giliran tes TOEFL bingung -_____-”
iyo tik, aku yo srg sebel nek salah2 ngono.yo mending nek salahnya grammar yg rumit atau emang kata2 yg seumpama dibahasa indonesiakan g trll menarik jd harus ‘dipaksa’ berbahasa inggris. tp kdg2 ada yg menggelikan,apalagi kl salah ejaan. ampun cyinnn..
tapi perlu dibahas juga tuh soal desain poster yang menganut paham ‘makin rame makin bagus’ *ko jd melantur
btw apik tik! up up!
Wahahaha geli juga baca2nya, ya maklumlah namanya juga bukan native 😀